Rabu, 07 Oktober 2009

Belahan Jiwa


Masyarakat Indonesia meyakini konsep jodoh, yaitu semacam keyakinan bahwa dalam hidup seseorang akan menemukan orang yang ditakdirkan Tuhan untuk dia. Dalam bahasa Ibrani keyakinan itu disebut bashert yang artinya juga sama, yaitu yang sudah ditakdirkan Tuhan untukmu.

Dalam bahasa Inggris kita kenal dengan sebutan soulmate yang artinya belahan jiwa! Secara psikologis tiap orang tentu berharap dalam hidup ini menemukan seseorang yang sudah ditakdirkan (dijodohkan) sang Pencipta untuk dia. Karena itu, sering kali kita merasa ada seseorang yang menjadi pasangan hidup kita, tentulah merupakan belahan jiwa kita, padahal belahan jiwa yang dimaksud dengan istilah soulmate atau bashert belum tentu akan bertemu dalam ikatan perkawinan.

Itu disebabkan pengertian yang ditakdirkan alam lebih luas daripada yang kita istilahkan sebagai jodoh antara lawan jenis. Soulmate sendiri merupakan jodoh rohaniah, dan jodoh itulah yang dianggap sebagai belahan jiwa. Belahan jiwa itu sendiri bisa berupa teman baik, saudara, atau binatang piaraan.

Soal soulmate yang berupa binatang piaraan itu melihat contohnya. Misalnya bagaimana orang cacat yang mempunyai anjing yang bisa menolong hidupnya, seolah-olah mereka ditakdirkan hidup bersama, saling menyayangi, saling mendukung.

Thomas Moore, penulis buku soulmate berjudul Honouring The Mysteries of love memaparkan bahwa hubungan rohani yang dalam bahasa Arab disebut "ruh", bahasa Inggris "soul", bahasa Sansekerta "atma", bahasa Latin "spiritus", dan bahasa Yunani "pneuma" tidak bisa dijelaskan secara mekanistis, dan tidak bisa dihitung dengan matematis, tidak pula ada ukuran baku yang bisa mengukurnya.


Jodoh Rohaniah

Di Indonesia sudah punya Anne Kusumawardhany yang bersaksi (Healthy Life Feb '03) menemukan soulmatenya pada usianya yang sudah 30 tahun, konon dia bisa membayangkan jauh hari seperti apa, orang yang akan atau harus ditemukannya, bahkan inisial namanya sudah dia simpan berpuluh tahun yang lalu. Sehingga begitu menemukannya, dia langsung tahu bahwa dialah orangnya, walaupun harus menerima kenyataan bahwa soulmate-nya itu sudah berkeluarga. Karena itu, mereka tetap berteman baik dan saling mendukung dalam kehidupan untuk mencerahkan kemanusiaan.

Dalam skala Dunia, sudah ada Shirley Maclaine, artis pemenang piala Oscar (1994) yang secara berani memaparkan dan membukukannya, dalam dua otobiografinya Out of A limb dan The Camino. Secara gamblang dia memaparkan bahwa kekasih gelapnya Olaf Palme (mantan PM Swedia) adalah soulmatenya. Keterangan itu dia pertegas lagi dalam perjalanan spiritualnya di Camino Spanyol.

Orang terkenal lainnya yang meyakini dirinya sudah menemukan soulmate dalam kehidupannya, antara lain Yoko Ono dan John Lenon, perpaduan Timur dan Barat yang sangat nyata, bahkan wajah mereka pun sangat mirip. serta Elizabeth Taylor dan Richard Burton, serta Nancy dan Ronald Reagan, di Indonesia yang bersaksi dalam majalah Healthy Life adalah artis Rima Melati dengan suaminya Frans Tumbuan karena mereka sudah yakin sejak pandangan pertama bahwa mereka adalah pasangan jiwa, belahan hati atau soulmate.

Tidak Selalu Romantis

Seperti sudah diurai di muka, bahwa soulmate, belahan jiwa, jodoh rohaniah tidak selalu harus merupakan sepasang kekasih, walaupun ada yang memang terlahir sebagai berlawanan jenis dan mereka ditakdirkan harus saling menyayangi dan mendukung, sehingga yang terjadi ya demikian. Walaupun banyak faktor yang akan menjadi penghalang suatu hubungan soulmate, yaitu takdir lain, yang sudah dijalani terlebih dulu. Contoh Anne tersebut yang menemukan soulmate-nya yang sudah berkeluarga, sehingga dia tetap menjalankan misi spiritualnya yang diembankan kepada mereka berdua, dengan status sebagai teman baik.

Soal misi spiritual yang diembankan kepada mereka, tidak bisa dilihat dan dirasakan dengan nyata, sehingga Shirley Maclaine, dalam bukunya The Camino menuliskan "ketiadaan bukti, bukan berarti bukti itu tiada" untuk menentukan apakah betul orang yang kita maksud sebagai soulmate itu benar-benar yang dimaksud, tanda pertama adalah jika keduanya mempunyai pandangan hidup yang sama, dan menyakini pertemuannya membuatnya bisa saling mendukung dan membuatnya bisa bertumbuh secara spiritual bersama! Karena berbeda dengan pertemuan dengan orang yang kita senangi secara fisik, soulmate itu malah kebalikan, kita menyenangi diri orang tersebut dari dalam keluar, dari jiwa dalamnya barulah ke fisiknya. Itu pun jika fisik diberi kesempatan untuk bertemu. Terkadang sepasang soulmate, sebagai jodoh
rohaniah tidak bertemu di alam nyata, tetapi sebagai pendamping yang hanya bisa dirasakan dan dialami oleh yang bersangkutan. Seperti kata pepatah bahwa manusia itu "malaikat bersayap satu" yang butuh sayap lainnya untuk bisa terbang jauh mengarungi laut kehidupan. Nah, soulmate itulah yang merupakan sayap yang seharusnya berpasangan.

Daripada sibuk mencari, dan sibuk menilai, memilah, bahkan menerka-nerka siapakah yang menjadi soulmate kita, lebih baik jalani saja kehidupan ini dengan damai, sebab seseorang yang sudah berdamai dengan dirinya, akan lebih mudah mengerti arus "gaib" alam yang dialirkan kepadanya. Ketika Anda merasakan sudah salah hidup dengan seseorang, dan berharap bertemu dengan soulmate Anda, nasihat yang bisa disarankan, hentikan pemikiran tersebut sebab bisa membuat hidup merana dan selalu salah dalam berhubungan (interaksi) dengan orang lain, terutama jika itu merupakan pasangan pernikahan kita. Seseorang yang betul-betul merupakan seorang soulmate, akan datang dengan damai, tanpa rancangan dari diri kita, dan membuat hidup kita lebih bergairah dan mempunyai tujuan yang jelas pada apa yang harus
dilakukan, tidak selalu harus adanya gairah badaniah, walaupun itu bisa terjadi. Tetapi gairah ingin selalu saling bekerja sama dan saling meyayangi dengan arti yang dalam yang akan dirasakan.

Menurut penilitan terakhir, getaran bumi saat ini meningkat dari 7,8 Hz, sekarang mencapai 8,5 sampai 9,00 Hz, sehingga bermunculanlah apa yang dikatakan pemurnian bumi dan isinya. Karena itu, sebagai Roh yang berjasad manusia, kesadaran spiritual kita akan tetap berproses, dan dalam tahapan proses seseorang mempunyai tahap dan kedalaman sendiri-sendiri. Pertemuan soulmate bisa dikatagorikan sebagai cobaan hidup, atau suatu pelajaran yang harus diteruskan, atau sebagai pelajaran yang harus dijalankan, agar bisa lulus dalam penyelesaiannya.

Memang paling enak, kalau pasangan soulmate mempunyai kesadaran Roh yang sama tingkatnya, sehingga pemikiran dan kebiasaan serta pandangan hidup bisa ditangkap dengan selaras. Yaitu gabungan antara IQ + EQ + SQ atau Intelektual quotient (nilai kecerdasan), Emosional quotient (nilai penyesuaian) dan Spiritual quotient (nilai kedamaian) seimbang dan terasah dengan baik.

Jika gabungan dari IQ. SQ dan EQ seimbang dan terasah, dalam kejadian pertemuan dengan seorang soulmate, batin kita pada umumnya, akan mengalami hal-hal seperti di bawah ini. walaupun ada beberapa yang lebih spesifik bisa terjadi.

Penuh semangat untuk berjuang terus mencari tahu siapa dan apa yang sedang terjadi.

Penuh pertimbangan diri akan segala hal yang terjadi.

Penuh perenungan terhadap siapa dan yang apa sedang dihadapi.

Keingin tahuan, haus akan hal-hal yang baru, terutama hal-hal yang dulu dijauhi karena menganggapnya sebagai hal sepele, atau mistik.

Penuh ide yang menunjukan hasrat diri, penuh pemahaman dan keterbukaan untuk segala wawasan baru.

Untuk lebih mendalami daya batin agar kita benar-benar yakin, telah menemukan soulmate, fokuskan pengembangan daya batin untuk tujuan mulia, yaitu mengenal diri sendiri, serta mengoptimalkan kemampuan yang diberikan Tuhan kepada kita sebagai makhluk ciptaanNya. Jangan biarkan semangat mencari jati diri menjadi kendur gara-gara sikap "antibatin" dari orang lain yang mencemooh, atau berprasangka sebagai yang mengada-ada. Sebab kedalaman daya batin seseorang bukanlah tanda kesucian atau kesaktian diri seseorang. Walaupun seseorang yang mendalami daya batin akan bisa mempunyai kemampuan Clairvoyance (pewaskitaan/penglihatan batin) atau Clairaudience (pendengaran alam halus), tetapi bukanlah berarti sebagai manusia sakti.

Memang lebih menyenangkan lagi, jika pertemuan dua orang yang merupakan soulmate itu merupakan hubungan romantis, tetapi yang terkadang sulit dilalui. Karena pertemuannya saja sudah merupakan suatu pelajaran yang harus diselesaikan, sehingga apa pun yang sedang terjadi dalam lokakarya kehidupan ini tetap harus dijaga keseimbangannya. Pelajaran hidup tetap harus dijalankan, sehingga pertemuan soulmate itu janganlah menjadikan bencana dalam kehidupan yang sedang dijalankan, tetapi harus merupakan jalan kemudahan untuk menyelesaikan suatu pelajaran hidup didunia yang fana ini.

Tidak semua orang didunia ini punya bagian (jatah) soulmate, sebagai pasangan rohani, belahan jiwa karena jangankan mencari atau mendapatkan jodoh rohani, jodoh spiritual, sedangkan jodoh yang sehati, sejiwa, sebadan saja di dunia ini sangat sulit didapat. Karena itu, jika Anda sudah dapat pasangan yang bisa hidup damai menyenangkan, anggap saja itu juga sudah awal dari proses terjadinya jodoh rohani, atau jodoh spiritual, atau soulmate.

Tidak ada komentar: