Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari
hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir
yang cantik.
"Lihat cangkir itu," kata si nenek kepada suaminya. "Kau benar, inilah
cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si kakek.
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud
berbicara "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku
dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah
seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang
pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.
Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop !
Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata "belum !" lalu ia mulai menyodok
dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini
masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk
lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan
keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum !"
Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai
dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah
dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai
aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.
Wanita itu berkata "belum !" Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan
ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya!
Tolong! Hentikan penyiksaan ini (pikir-ku) ! Sambil menangis aku berteriak
sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus
membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan
menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku
hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang
begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna
tatkala kulihat diriku.
Renungan:
"Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai
pencobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan
ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya
Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."
Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Dia
sedang membentuk Anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi
setelah semua proses itu selesai, Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan
membentuk Anda.
Cara berbahagia adalah upaya meraih kebahagiaan. Bahagia berarti mencapai kesejahteraan psikis pada setiap kondisi dan situasi. Hidup tidak hanya hitam dan putih, namun dipenuhi beragam warna. Berbagai situasi dan kondisi hidup, entah itu senang, susah, biasa-biasa, rutin, monoton, semua harus bisa dan berani dihadapi.
Jumat, 29 Oktober 2010
Bekerjalah dengan Cinta
Wanita paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yang diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah bulat telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yang jelas telah digurati keriput.
Wanita itu memang tidak terlalu renta, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?
* * *
Selalu...
Sabtu adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meluahkan kebahagiaan.
Namun sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.
Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan plastik dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.
Ia seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu muka.
Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda tua untuk beranjak pulang.
Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di musim dingin.
Terlihat betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.
Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.
Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.
Sekejap akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung...
Dan kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta. Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita. (Kahlil Gibran). Wallahu a'lamu bish-shawaab.
Wanita itu memang tidak terlalu renta, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?
* * *
Selalu...
Sabtu adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meluahkan kebahagiaan.
Namun sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.
Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan plastik dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.
Ia seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu muka.
Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda tua untuk beranjak pulang.
Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di musim dingin.
Terlihat betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.
Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.
Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.
Sekejap akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung...
Dan kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta. Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita. (Kahlil Gibran). Wallahu a'lamu bish-shawaab.
Sabtu, 04 September 2010
DI PENGHUJUNG RAMADHAN
Kala kerinduan belumlah usai
Kala penghayatan dalam doa belumlah sempurna
Menapaki lajunya perjalanan yang tiada henti
Menyusuri lorong yang penuh liku menghadang
Kuingin Kau basuh dalam renunganku
Saat Kau pancarkan cahaya dalam bulan nan mulia
Mengharapkan ampunan dalam sujudku yang panjang
Masihkah kan kupalingkan wajah ini?
Ingin kuhapus semua noda dan dosa
Ingin kuhempas semua kobaran emosi dalam dada
Meluruhkan jiwa yang sarat dengan hasrat
Tenggelam dalam tangisan penuh sesal
Sanggupkah kan kutapaki hariku?
Menyongsong esok yang t’lah siap menanti
Semoga di penghujungmu ya Ramadhan
Ampunan Illahi kan terpancar lewat pribadi nan luhur
Ely K.
Senin, 07 Juni 2010
Menerima Kegagalan Tanpa Sakit Hati
Menerima kekalahan dan kegagalan diri sendiri memang tidak
mudah. Umumnya, kekalahan dihadapi dengan sikap down, stres, bahkan depresi.
Padahal sikap tersebut justru akan memperburuk kegagalan. Pada dasarnya
kesulitan menerima kegagalan adalah karena kita juga sulit mengakui
kesuksesan orang lain. Ada perasaan 'kecut' ketika mendengar kemenangan
orang lain. Sehingga, kondisi ini akan semakin membuat mental anda 'down'.
Lalu bagaimana dengan anda sendiri? Bisakah anda menerima kegagalan tanpa
rasa sakit hati dan putus asa? Daripada terus meratapi kegagalan, lebih baik
anda belajar berbesar hati dalam menerima kekalahan. Caranya? Coba ikuti
saran di bawah ini:
Menerima kenyataan
Jangan terjebak pada perasaan marah dan kesal mendengar keberhasilan orang
lain. Anda harus menyadari bahwa sikap demikian hanya karena anda tidak bisa
menerima kenyataan bahwa orang lain lebih baik dari anda. Lebih baik
pelajari penyebab kegagalan anda kemudian berusahalah untuk memperbaikinya.
Berpikir positif
Walaupun anda sedang mengalami kekalahan, cobalah untuk berpikir jernih.
Pikiran negatif dan prasangka buruk terhadap orang lain akan menyerap energi
dan ini sangat melelahkan fisik serta mental anda. Dengan pikiran yang lebih
jernih, langkah anda terasa lebih ringan untuk 'menebus' kekalahan.
Cari masukan
Cobalah untuk menilai kelemahan diri sendiri. Kemudian mintalah masukan dari
rekan-rekan yang biasa bekerjasama dengan anda. Kalau perlu minta juga
pendapat dan masukan dari bos tentang kinerja anda selama ini. Jika masukan
tersebut baik bagi perkembangan diri anda tentu anda bisa mempraktekkannya
kan?
Perbaiki aspek negatif
Sadarilah hal-hal negatif yang menghambat karir anda. Jika anda sudah
menyadarinya maka perbaikilah atau tekan seminimal mungkin aspek negatif
tersebut. Sebaliknya, kembangkan dan tingkatkan terus aspek positif pada
diri anda.
Hargai orang lain
Menghargai orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya sebenarnya
juga merupakan bentuk penghargaan terhadap diri sendiri. Dengan demikian
akan tumbuh sikap positif dimana anda bisa lebih memahami kelebihan orang
lain dan menerima kekalahan diri sendiri.
Jangan lupa gagal bukan berarti 'kiamat'. Kegagalan hanyalah sebuah proses untuk mencapai kesuksesan. Asal anda berusaha keras untuk mencapai
kesuksesan yang anda idamkan, kegagalan nggak akan mampir dalam hidup anda.
Berpikir Positif dan Mandiri
Tiga tahun terakhir setelah delapan tahun bekerja, Joni selalu mengeluhkan masalahnya kepada rekan - rekannya, "Aku paling lama bekerja di bengkel ini tetapi pimpinan tidak mau tahu. Grade-ku tak pernah dinaikkan. Padahal aku selalu datang tepat waktu, bekerja keras dan tak pernah mangkir".
Itulah yang sering ia ucapkan. Bisa jadi setiap hari ia disibukkan dengan pikiran seperti itu. Sementara itu, ia tak pernah bertanya kepada diri sendiri, misalnya, "Apa yang dapat kulakukan untuk lebih mengefektifkan caraku dalam menangani pekerjaan? Apa yang harus kulakukan agar pengetahuan dan keterampilan-ku meningkat terus?".
Berpikir positif akan membuat Joni tidak segera menyalahkan orang lain atau lingkungannya, apalagi memposisikan atasannya sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas masa depan kehidupannya.
Berpikir Positif dan Mandiri
Berpikir demikian adalah kebiasaan yang membuat seseorang dapat terlepas dari ketergantungan kepada orang lain maupun keadaan.
Mandiri, demikian orang menyebutkannya. Mandiri tidak selalu berarti mendirikan usaha sendiri, tetapi lebih bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Banyak orang yang merasa bahwa jika sudah mendapatkan kesempatan bekerja menganggap masalahnya sudah selesai. Selebihnya, menganggap peningkatan kesejahteraan hidupnya sebagai tanggung jawab perusahaan atau pimpinannya.
Banyak orang menganggap bahwa jika seseorang selalu tepat waktu, tak pernah mangkir, selalu bersedia melakukan perintah merupakan prestasi yang oleh karenanya layak mendapatkan promosi.
Bukan!!
Itu "way of thinking" yang salah.
Disiplin itu bukan prestasi, melainkan suatu persyaratan yang harus dimiliki oleh setiap karyawan. Bekerja keras juga tidak harus selalu berprestasi. Prestasi berarti kemajuan. Kemajuan berarti perubahan yang positif. Bayangkan jika semua SDM dalam perusahaan bekerja rutin, pastilah daya saing perusahaan tersebut akan menurun dan akan tertinggal oleh competitor.
Utarakan inovasi anda kepada pimpinan anda. Coba buatlah perencanaan untuk diri anda. Prestasi apakah yang ingin Anda raih setahun mendatang? Kemampuan apakah yang disyaratkan untuk dapat mencapai prestasi Anda itu? Bagaimana caranya untuk memperbaiki kekurangan Anda? Kursus, sekolah, trainning atau belajar dari pimpinan anda?
Mungkin, Anda merasa telah bekerja keras. Namun bekerja keras saja tidaklah cukup tanpa berpikir "Bagaimana agar saya lebih berkembang?"
Andalah yang paling berhak merencanakan hidup Anda sendiri!!!
Anda adalah nakhoda kehidupan Anda.
Itulah yang sering ia ucapkan. Bisa jadi setiap hari ia disibukkan dengan pikiran seperti itu. Sementara itu, ia tak pernah bertanya kepada diri sendiri, misalnya, "Apa yang dapat kulakukan untuk lebih mengefektifkan caraku dalam menangani pekerjaan? Apa yang harus kulakukan agar pengetahuan dan keterampilan-ku meningkat terus?".
Berpikir positif akan membuat Joni tidak segera menyalahkan orang lain atau lingkungannya, apalagi memposisikan atasannya sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas masa depan kehidupannya.
Berpikir Positif dan Mandiri
Berpikir demikian adalah kebiasaan yang membuat seseorang dapat terlepas dari ketergantungan kepada orang lain maupun keadaan.
Mandiri, demikian orang menyebutkannya. Mandiri tidak selalu berarti mendirikan usaha sendiri, tetapi lebih bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Banyak orang yang merasa bahwa jika sudah mendapatkan kesempatan bekerja menganggap masalahnya sudah selesai. Selebihnya, menganggap peningkatan kesejahteraan hidupnya sebagai tanggung jawab perusahaan atau pimpinannya.
Banyak orang menganggap bahwa jika seseorang selalu tepat waktu, tak pernah mangkir, selalu bersedia melakukan perintah merupakan prestasi yang oleh karenanya layak mendapatkan promosi.
Bukan!!
Itu "way of thinking" yang salah.
Disiplin itu bukan prestasi, melainkan suatu persyaratan yang harus dimiliki oleh setiap karyawan. Bekerja keras juga tidak harus selalu berprestasi. Prestasi berarti kemajuan. Kemajuan berarti perubahan yang positif. Bayangkan jika semua SDM dalam perusahaan bekerja rutin, pastilah daya saing perusahaan tersebut akan menurun dan akan tertinggal oleh competitor.
Utarakan inovasi anda kepada pimpinan anda. Coba buatlah perencanaan untuk diri anda. Prestasi apakah yang ingin Anda raih setahun mendatang? Kemampuan apakah yang disyaratkan untuk dapat mencapai prestasi Anda itu? Bagaimana caranya untuk memperbaiki kekurangan Anda? Kursus, sekolah, trainning atau belajar dari pimpinan anda?
Mungkin, Anda merasa telah bekerja keras. Namun bekerja keras saja tidaklah cukup tanpa berpikir "Bagaimana agar saya lebih berkembang?"
Andalah yang paling berhak merencanakan hidup Anda sendiri!!!
Anda adalah nakhoda kehidupan Anda.
Senin, 22 Februari 2010
ARTI SINGKATAN HARI SENIN-MINGGU
Semua orang punya tujuh hari dalam seminggu. Berapa hari yang dapat dimanfaatkan dan digunakan dengan sebaik-baiknya? Apa arti hari-hari tersebut untuk kita?
1. SENIN adalah singkatan dari “Semangat Nan Indah”
Sebagian orang mengharap-harap tibanya hari Senin karena hari itu mereka mendapat uang. Yang telah libur, kembali berjualan sehingga uang masuk lancar lagi. Yang bekerja harian, berarti upah harian akan diterima kembali. Sebagian orang tidak suka dengan hari Senin. Yang malas bekerja merasakan beban berat karena Senin berarti mulai bekerja kembali. Yang tadinya bisa santai di rumah, kini harus kembali masuk kantor. Anak sekolah kembali bersekolah, tidak bisa main-main Play Station lagi. Para ibu harus bangun pagi lagi untuk memasak makan pagi anak-anak yang akan berangkat sekolah. Ada yang menunggu-nunggu hari Sabtu lagi yang rasanya masih sangat lamaaaa…..
Apapun sikap yang kita pilih, tidak akan merubah hari Senin. Senin tetap datang. Senin tetap harus kita lalui entah kita senang atau tidak. Sikap mana yang akan kita pilih? Memulai hari Senin dengan menggerutu atau memulai hari Senin dengan Semangat Nan Indah?
2. SELASA adalah singkatan dari “Selalu Luar Biasa”
Ada orang yang berpendapat bahwa Selasa adalah hari yang biasa saja. tidak ada yang luar biasa. Mengapa begitu??? Mengapa kita tidak membuatnya menjadi hari yang luar biasa? Luar biasa atau tidak, bukan tergantung dari nama hari atau pekerjaan kita. Tapi tergantung dari sikap hati kita. Tiap pagi saya bermain skipping (main tali) sebanyak 300 kali. Saya merasakan bedanya, ketika hati sedang malas, ya main tali jadi terasa berat. Tapi bila hati gembira, maka main tali menjadi ringan. Bahkan tanpa terasa bisa sampai 400 kali. Jadi saya selalu main tali sambil bernyanyi dan tersenyum. Hehehe…… ….
3. RABU adalah singkatan dari “Rasakan bahagia dalam kalbu”
Apakah kita bersyukur hanya kalau kita mendapatkan sesuatu? Kalau sedang senang dan kita bersyukur, itu sih biasa. Tapi bagaimana kalau kita sedang ada masalah? Apakah kita menggerutu dan marah-marah? Apakah kita bisa mensyukuri setiap kejadian dalam hidup kita? Waktu anak saya masih kecil, dia sering menangis di malam hari. Padahal tiap hari saya harus bekerja. Tapi saya bersyukur bisa bangun di malam hari dan memberikan ASI kepada anak saya. Saya senang ketika di malam hari dia terjaga dan memanggil “Mama. Mama”. Malah saya sengaja melarang baby sitter untuk bangun di malam hari dan mengurus anak saya. Saya pikir, toh tidak lama dia begitu. Nanti kalau dia sudah besar, dia tidak akan lagi memanggil “Mama. Mama” ketika terjaga di malam hari. Jadi saya nikmati keadaan itu. Saya syukuri saat-saat tiap malam saya bangun dan menggendong anak saya. Biarlah hati kita selalu dipenuhi rasa syukur. Biarlah kalbu berseri. Hati yang gembira adalah obat yang paling manjur.
4. KAMIS adalah “Kami Sukses”
Apakah hari Kamis juga hari biasa? Bagaimana kalau kita membuatnya sebagai hari dimana kita sudah lebih sukses? Rasanya kita perlu mengingat kembali pentingnya “Berpikir Positif”. Bagaimana kalau tiap minggu kita mendapatkan sukses? Bagaimana kalau tiap hari? Apakah mungkin? Tentu saja. Yang perlu dilakukan adalah selalu berpikir positif. Kapan saja, dimana saja, dan siapa saja……
Bila seseorang berkata kepada kita:”Wah, enak ya kerja disana?” Daripada berkata:”Enak apanya? Biasa saja kok.”, mengapa kita tidak berkata:”Amin. “? Bila seseorang berkata:”Pasti kamu banyak uang.” Daripada berkata:”Ga kok. Siapa bilang banyak uang?” Lebih baik kita berkata:”Amin. “. Kalau nanti benar benar banyak uang, siapa yang menikmati? Kita sendiri kan? Asyiikkk…. ..
5. JUMAT berarti “Juga Amat Hebat”
Seringkali Jumat menjadi hari yang kurang produktif karena sudah mendekati Sabtu, sehingga pikiran sudah ke hari libur. Mengapa menyia-nyiakan satu hari dalam hidup kita? Bagaimana kalau kita menjadikannya hari Jumat yang Juga Amat Hebat? Bagaimana kalau kita menggunakan hari ini untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tertunda? Memeriksa surat masuk? Mengevaluasi hari-hari kemarin? Mengatakan hal-hal indah yang belum sempat dikatakan?
6. SABTU berarti “Saatnya Bersatu”
Hari Sabtu bisa menjadi hari yang produktif atau tidak produktif. Semuanya tergantung diri sendiri. Seorang Pengusaha justru paling produktif di hari Sabtu karena dia bisa memeriksa semua pekerjaan, memantau hasil kerja karyawan, mencari ide baru, dan puluhan kegiatan lain yang sangat bermanfaat. Bahkan dia membuat hari Sabtu sebagai hari dimana dia mendengarkan semua masalah yang dihadapi anak buahnya.
Orang tua yang libur dan ingin membina kedekatan dengan anak-anaknya bisa memanfaatkan hari Sabtu untuk bermain bersama, berenang, makan bareng, membersihkan rumah bersama atau jalan-jalan. Daripada hanya duduk dan masing-masing nonton acara tv kesukaannya tanpa adanya komunikasi. Pasangan yang saling mencinta bisa menggunakan hari ini untuk saling mengerti bukan hari untuk bertengkar. Hayoo……
7. MINGGU berarti “Mari ingat berkah seminggu”
Hari Minggu bisa dijadikan hari bermalas-malas atau bisa juga menjadi hari untuk mengevaluasi diri kita. Untuk mengevaluasi sikap kita. Apa yang telah dilakukan dalam seminggu? Apa yangsalah? Apa yang benar? Apa yang dapat kita lakukan lebih baik minggu depan? Apa rencana baru yang perlu dibuat? Bagaimana supaya minggu depan lebih sukses? Bagaimana caranya bekerja lebih baik? Bagaimana caranya agar tidak terlambat masuk kerja? Dan seribu satu kegiatan lain. Dengan demikian hari Senin akan kita nantikan dengan semangat karena kita telah punya rencana yang akan diterapkan. Hari Senin menjadi awal minggu depan yang lebih sukses.
Semua baik… Semua baik…. Ngga ada hari yang buruk atau sial hanya tergantung bagaimana kita menyikapi hari yang kita lewati saja.
Give Thanks for Every Day in Your Life!
Senin, 08 Februari 2010
Menuju Keindahan dan Kebahagiaan, Stop Comparing!
Ini bercerita tentang tokoh asal Timur Tengah, Nasruddin.
Suatu hari, Nasruddin mencari sesuatu di halaman rumahnya yang
penuh dengan pasir. Ternyata dia mencari jarum.Tetangganya yang merasa kasihan, ikut membantunya mencari jarum tersebut.
Tetapi selama sejam mereka mencari jarum itu tak ketemu juga.
Tetangganya bertanya, "Jarumnya jatuh dimana ?"
"Jarumnya jatuh di dalam," jawab Nasruddin.
"Kalau jarum bisa jatuh di dalam, kenapa mencarinya diluar ?" tanya
tetangganya. Dengan ekspresi tanpa dosa, Nasruddin menjawab,
"Karena di dalam gelap, di luar terang."
Begitulah, perjalanan kita mencari kebahagiaan dan keindahan.
Sering kali kita mencarinya di luar dan tidak mendapat apa-apa. Sedangkan daerah tergelap dalam mencari kebahagiaan dan keindahan, sebenarnya adalah daerah-daerah di dalam diri. Justru letak 'sumur'kebahagiaan yang tak pernah kering, berada di dalam. Tak perlu juga mencarinya jauh-jauh, karena 'sumur' itu berada di dalam semua orang. Sayangnya karena faktor peradaban, keserakahan dan faktor lainnya, banyak orang mencari sumur itu di luar. Ada orang yang mencari bentuk kebahagiaannya dalam kehalusan kulit, jabatan, baju mahal, mobil bagus atau rumah indah. Tetapi kenyataannya, setiap pencarian di luar tersebut akan berujung pada bukan apa-apa. Karena semua itu, tidak akan berlangsung lama. Kulit,misalnya, akan keriput karena termakan usia, mobil mewah akan berganti dengan model terbaru, jabatan juga akan hilang karena pensiun.
"Setiap perjalanan mencari kebahagiaan dan keindahan di luar, akan selalu berujung pada bukan apa-apa, leads you nowhere. Setiap kekecewaan hidup yang jauh dari keindahan dan kebahagiaan, berangkat dari mencarinya diluar". Untuk mencapai tingkatan kehidupan yang penuh keindahan dan , kebahagiaan seseorang harus melalui 5 (lima) buah 'pintu' yang menuju ke tempat tersebut.
Pintu pertama adalah stop comparing, start flowing.
"Stop membanding dengan yang lain. Seorang ayah atau ibu belajar untuk tidak membandingkan anak dengan yang lain. Karena setiap pembandingan akan membuat anak-anak mencari kebahagiaan di luar. Setiap penderitaan hidup manusia, setiap bentuk ketidakindahan, dimulai dari membandingkan. Contoh Michael Jackson, sebagai orang yang sering kali membandingkan dirinya dengan orang lain. "Uangnya banyak, mampu mengongkosi hobinya untuk operasi plastik. Sehingga orang yang hidup dari satu perbandingan ke perbandingan lain, maka hidupnya kurang lebih sama dengan seorang Michael Jackson. Leads you nowhere," Karena itu, saya mengajak pembaca ke sebuah titik, mengalir (flowing) menuju ke kehidupan yang paling indah di dunia,yaitu menjadi diri sendiri. Apa yang disebut flowing ini sesungguhnya sederhana saja. Kita akan menemukan yang terbaik dari diri kita, ketika kita mulai belajar menerimanya. Sehingga kepercayaan diri juga dapat muncul. Kepercayaan diri ini berkaitan dengan keyakinan-keyakinan yang kita bangun dari dalam. "Tidak ada kehidupan yang paling indah dengan menjadi diri sendiri. Itulah keindahan yang sebenar-benarnya !"
Pintu kedua menuju keindahan dan kebahagiaan adalah memberi.
Sebab utama kita berada di bumi ini, kata Gede Prama, adalah untuk memberi. "Kalau masih ragu dengan kegiatan memberi, artinya kita harus memberi lebih banyak. Saya melihat ada 3 tangga emas kehidupan. I intend good, I do good and I am good. Saya berniat baik, saya melakukan hal yang baik, kemudian saya menjadi orang baik. Yang baik-baik itu bisa kita lakukan, bila kita konsentrasi pada hal memberi.
Memberi tidak harus selalu dalam bentuk materi. Pemberian dapat berbentuk senyum, pelukan, perhatian, dan setiap manusia yang sudah rajin memberi, dia akan memasuki wilayah beauty and happiness. Saya sering bertemu dengan orang-orang kaya. Ada yang suka memberi, ada yang pelit.Saya melihat orang yang tidak suka memberi muka orang itu keringnya minta ampun. Orang yang mukanya kering ini bertanya pada saya, apa rahasia kehidupan yang paling penting yang bisa saya bagi ke saya.
Saya bilang : sleep well, eat well," Artinya memang, untuk ongkos untuk menjadi bahagia tidak mahal. Hanya saja orang sering kali memperumit hal yang sudah rumit. Kalau kita sederhanakan, sleep well, eat well akan jadi mudah jika diikuti dengan kegiatan memberi. "Tak perlu khawatir, setiap pemberian itu ada yang mencatat. Jika atasan Anda di kantor tidak mencatat pemberian Anda, ada 'Atasan Tertinggi' yang mencatatnya. Mirip dengan petani, orang-orang yang suka memberi akan memanen hasil-hasil yang diharapkan,"
Cahaya di dalam pintu ketiga untuk menuju keindahan dan kebahagiaan adalah
berawal dari semakin gelap hidup Anda, semakin terang cahaya Anda di dalam.
Perhatikanlah bintang di malam hari tampak bercahaya, jika langitnya gelap. Sedangkan, lilin di sebuah ruangan akan bercahaya bagus, jika ruangannya gelap. Artinya, semakin Anda berhadapan dengan masalah dan cobaan dalam hidup, semakin bercahaya Anda dari dalam. "Jika Anda punya suami yang keras dan marah-marah, jangan lupa mengucapkan terima kasih pada Tuhan. Karena suami yang keras dan marah-marah, Anda punya istri cerewetnya minta ampun. Ucapkan terima kasih pada Tuhan, karena orang cerewet adalah guru kehidupan terbaik. Paling tidak dari orang cerewet kita belajar tentang kesabaran.Jika Anda punya atasan diktatornya minta ampun, itu sengaja ada yang kirim. Agar Anda belajar tentang kebijaksanaan," Orang yang pada akhirnya menemukan keindahan dan kebahagiaan, biasanya telah lulus dari universitas kesulitan. Semakin banyak kesulitan hidup yang kita hadapi, semakin diri kita bercahaya dari dalam. Mengutip perkataan Jamaluddin Rumi,semuanya dikirim sebagai pembimbing kehidupan dari sebuah tempat yang tidak terbayangkan.
Tidak hanya orang cantik saja yang berguna, orang jelek juga berguna. Gunanya adalah karena orang jelek, orang cantik terlihat jadi tambah cantik. Jadi semuanya ada gunanya, untuk menghidupkan cahaya-cahaya beauty and happiness,"
Pintu keempat adalah surga yang bukanlah sebuah tempat, melainkan adalah rangkaian sikap.
Bila Anda melihat hidup penuh dengan kesusahan dan godaan, maka neraka tidak ketemu setelah mati. Neraka sudah ketemu sekarang. Sedangkan Anda akan bertemu surga, jika hasil dari rangkaian sikap Anda benar.
Sikap ini dimulai dari berhenti mengkhawatirkan segala sesuatunya, dan coba yakinkan diri bahwa everything will be allright.Setiap kali kita beribadah, berdoa dan memuja Tuhan, tetapi setiap kali pula kita merasa takut. Padahal ketakutan adalah sebentuk ketidakyakinan terhadap Tuhan. Kalau Anda berdoa tapi masih takut, mending jangan berdoa karena tidak yakin. Lebih baik Anda yakin, hidup ini berjalan sempurna, doanya pas-pasan tapi Anda yakin jauh lebih baik," kata Gede Prama.
“Segala sesuatunya menjadi baik-baik saja jika Anda mencintai yang kecil, "sambung konsultan manajemen yang dulu sempat terpikir untuk mengoperasi hidungnya yang besar ini.
Pintu kelima menuju keindahan dan kebahagiaan yakni tahu diri kita dan kita tahu kehidupan.
Ada cerita tentang kumpulan binatang yang hendak bikin sekolah karena mereka tidak mau kalah dengan manusia. Semua binatang mengikuti kursus berlari, berenang dan terbang. Tetapi 11 tahun kemudian, binatang-binatang tersebut merasa lelah sekali. Burung tetap hanya bisa terbang, ikan tetap hanya bisa berenang,dan serigala tetap hanya bisa berlari. Akhirnya mereka sampai pada sebuah kesimpulan, bahwa mereka harus tahu diri. Ikan mesti tahu diri hanya bisa berenang, burung mesti tahu diri hanya bisa terbang sedangkan serigala harus tahu diri hanya bisa berlari. Sehingga, seperti hewan-hewan tersebut, manusia-manusia yang tidak tahu diri adalah manusia yang tidak pernah ketemu keindahan dan kebahagiaan.
Ada sebuah kalimat bijak ;
"Sumur kehidupan yang tidak pernah kering berada di dalam. Sumur ini hanya kita temukan dan kita timba airnya kalau kita bisa mengetahui diri kita sendiri," Seandainya diri sendiri telah ditemukan, maka artinya kita kemudian mengetahui kehidupan.
Selasa, 26 Januari 2010
Cuma Saya yang Tidak Bicara
Suatu hari empat sekawan berjanji satu sama lain untuk bermeditasi tanpa berbicara sepatah kata pun selama tujuh hari. Pada hari pertama semuanya tutup mulut, dan meditasi berjalan sesuai rencana. Ketika malam tiba, lampu minyak mulai kering, dan cahaya mulai redup. Seorang pelayan tertidur di dekat situ.
Salah satu dari mereka tidak tahan untuk tidak bersuara, "Isi lampu itu," katanya.
Orang kedua kaget mendengar suara temannya, "Hus! Kita kan tak boleh bicara,ingat nggak?"
"Kalian berdua bodoh! Kenapa bicara?" sergah orang ketiga.
Dengan suara lirih orang keempat menggumam, "Cuma saya yang tidak bicara."
Sejak lahir, kita memiliki hasrat bawaan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar kita. Jika digunakan dengan benar, kata-kata tentu akan banyak membantu. Namun sering kali kita kelepasan bicara tanpa memikirkan terlebih dahulu apa yang seharusnya kita katakan atau apakah sebenarnya kita perlu bicara atau tidak.
Seperti empat sekawan tadi, kita sering berharap untuk tidak mengatakan apa yang terlanjur kita katakan. Pada saat itu, sudah terlambat karena kata-kata yang telah dikeluarkan tak dapat ditarik kembali. Kita mungkin saja meminta maaf, namun kerusakan telah terjadi.
Kita seyogianya menjadi tuan atas lidah kita. Lidah harus mengucapkan apa yang ingin kita ucapkan saja, bukannya berceloteh tak terkendali. Sayangnya, sering kali lidahlah yang menjadi tuan dan kita menjadi budaknya; kita terpaksa mendengar apa yang lidah ucapkan atas nama kita dan sering kita tak mampu menghentikan ocehannya. Kurangnya kesadaran dan kendali semacam itu kadang dapat membawa bencana.
Kesadaran, lagi-lagi, adalah kuncinya. Terlepas dari kita akhirnya akan bicara atau tidak bicara, sadarilah itu sebelum, selama, dan sesudahnya.
Be Happy!
Jumat, 22 Januari 2010
Maximize Yourself
Bagi anda pecinta basket, saya kira sudah sangat paham betul aturan permainan di dalamnya. Untuk mendapat 3 point dalam satu kali lemparan, sang pemain harus melempar di luar garis 3 point yang ada. Logikanya pemain tersebut harus melempar lebih kuat jika ingin memasukkan bola ke dalam keranjang dibandingkan dia ada di dalam garis tersebut. Contoh lain adalah pemain golf, apabila dia ingin memasukkan bola ke dalam hole yang letaknya lebih jauh maka otomatis dia harus mengayunkan stick golfnya lebih kencang.
Hal serupa terjadi dalam hidup anda, jika ingin mendapat hasil yang optimal sesuai harapan anda, maka konsekuensinya anda harus mau dan mampu memaksimalkan kemampuan anda. Banyak orang memiliki perspektif yang salah, di mana mereka mau mendapat hasil yang maksimal tapi enggan untuk memaksimalkan potensi dirinya sendiri. Saya ingat sebuah pepatah mengatakan "Apa yang kau tanam itulah yang akan kau tuai" Sangatlah adil memang jika anda mengeluarkan usaha yang begitu minim, maka mendapat hasil yang minim pula. Usaha yang dikeluarkan sangat maksimal, maka hasilnya pun akan maksimal.
Maksimal yang seperti apa yang seharusnya dilakukan? Apakah harus bekerja terus menerus sampai anda kelelahan? Atau kerja keras tanpa menghiraukan waktu? Setiap orang mungkin memiliki pandangan yang berbeda dan sah-sah saja, tapi salah satu yang cukup efektif untuk dilakukan adalah memaksimalkan potensi diri khususnya talent (bakat)yang anda miliki.
Setiap manusia diciptakan Tuhan memiliki talent yang berbeda, ada yang mahir dalam dunia musik, pandai dalam ilmu eksakta, paham dengan dunia programing, mahir dalam olahraga, atau bidang lainnya. Tidak ada manusia diciptakan tidak memiliki sebuah talent, jika ada yang mengatakan "Saya tidak memiliki talent" maka orang tersebut bukannya tidak ada melainkan belum mencari dan menggali lebih dalam. Anda harus mengidentifikasi sendiri apa yang menjadi kegemaran anda, dan pada bidang apa anda merasa dapat lebih maksimal dibandingkan dengan bidang yang lain. Jika anda sudah menemukan, mulailah untuk dikembangkan dan dimaksimalkan.
Tidak ada manusia yang diciptakan memiliki talent yang lebih dibanding yang lain, tidak ada talent yang porsinya lebih besar di antara manusia. Menurut saya semua hal tersebut diberikan dalam ukuran yang sama. Yang membedakan adalah apakah anda mau memperbesar dan memaksimalkan talent anda tersebut atau hanya membiarkannya saja. Deretan orang sukses dibidangnya masing-masing seperti Bill Gates, Beethoven, Michael Jordan, bukan semata-mata karena mereka memiliki talent lebih dari anda, tapi mereka mau memaksimalkan talent tersebut.
Saya pernah membaca sebuah artikel yang menggambarkan sebuah perumpamaan seperti ini: bayangkan sebuah kolam air yang tenang, jika anda ingin membuat gelombang di antaranya anda harus melemparkan batu yang cukup besar ke dalamnya. Apabila kerikil yang anda lempar maka gelombang yang dihasilkanpun kecil. Membentuk Batu besar atau batu kerikil tergantung dari anda apakah mau
memaksimalkan potensi anda menjadi sebuah batu besar atau cukup dengan kerikil saja. Jika anda mau menciptakan gelombang yang lebih besar dalam hidup anda, anda tahu batu mana yang diperlukan.
You will never grow if you never maximize yourself.
Selasa, 12 Januari 2010
7 Quick Ways to Calm Down
Anxiety zappers that can rescue you from daily stresses
I'm easily overwhelmed. When my kids' exuberant screams reach a decibel level my ears can't tolerate, when Chuck E., the life-size "rat" at the pizza place, starts doing his jig while flashing arcade lights blind me, or when I open my email to find 100 messages--I feel a meltdown coming on. Which is why I came up with seven quick ways to calm myself down.
I turn to these when I don't have time to call my mom and hear her tell me, "Everything is going to be fine." They keep me centered and grounded for as long as possible, and they help me relax my body even during those times when screaming kids and dancing life-size rats converge.
1. Walk Away
Know your triggers. If a conversation about global warming, consumerism, or the trash crisis in the U.S. is overwhelming you, simply excuse yourself. If you're noise-sensitive and the scene at Toys-R-Us makes you want to throw whistling Elmo and his buddies across the store, tell your kids you need a time-out. (Bring along your husband or a friend so you can leave them safely, if need be.) My great-aunt Gigi knew her trigger points, and if a conversation or setting was getting close to them, she simply put one foot in front of another, and departed.
2. Close Your Eyes
Gently let the world disappear, and go within to regain your equilibrium. Ever since my mom came down with blepharospasm (a neurological tick of the eyelid), I've become aware of how important shutting our eyes is to the health of the nervous system. The only treatment available for this disorder is to have surgery that permanently keeps your eyelids open (you need to moisten them with drops, etc.). Such a condition would be living hell for my mom, because in closing her eyes she regains her balance and proper focus.
The only time I recommend not using this technique is on the road (if you're driving).
3. Find Some Solitude
This can be challenging if you are at work, or at home with kids as creative and energetic as mine. But we all need some private time to let the nervous system regenerate.
I must have known this back in college, because I opted for a tiny single room (a nun's closet, quite literally), rather than going in on a larger room with a closet big enough to store my sweaters. When three of my good friends begged me to go in with them on a killer quad, I told them, "Nope. Can't do it. Need my alone time, or else none of you would want to be around me. Trust me."
My senior year I went to the extent of pasting black construction paper on the window above my door so no one would know if I was there, in order to get the hours of solitude that I needed.
Be creative. Find your space. Any way you can. Even it involves black construction paper.
4. Go Outside
This is a true lifesaver for me. I need to be outside for at least an hour every day to get my sanity fix. Granted, I'm extremely lucky to be able to do so as a stay-at-home mom. But I think I would somehow work it into my schedule even if I had to commute into the city every day.
Even if I'm not walking or running or biking or swimming, being outside calms me in a way that hardly anything else can. With an hour of nature, I go from being a bossy, opinionated, angry, cynical, uptight person into a bossy, opinionated, cynical, relaxed person. And that makes the difference between having friends and a husband to have dinner with and a world that tells me to go eat a frozen dinner by myself because they don't want to catch whatever grumpy bug I have.
5. Find Some Water
While watching Disney's "Pocahontas" the other day with my daughter Katherine (yes, I do get some of my best insights from cartoons), I observed the sheer joy the main character shows upon paddling down the river, singing about how she is one with the water. It reminded me of how universal the mood effects of water are, and how healing.
On the rainy or snowy days that I can't walk the double stroller over to our local creeks, I do something the global-warming guys say not to; take a long shower, imagining that I am in the middle of a beautiful Hawaiian rain forest.
"Water helps in many ways," writes Elaine Aron. "When overaroused, keep drinking it--a big glass of it once an hour. Walk beside some water, look at it, listen to it. Get into some if you can, for a bath or a swim. Hot tubs and hot springs are popular for good reasons."
6. Breathe Deeply
Breathing is the foundation of sanity, because it is the way we provide our brain and every other vital organ in our body with the oxygen needed for us to survive. Breathing also eliminates toxins from our systems.
Years ago, I learned the "Four Square" method of breathing to reduce anxiety:
1. Breathe in slowly to a count of four.
2. Hold the breath for a count of four.
3. Exhale slowly through pursed lips to a count of four.
4. Rest for a count of four (without taking any breaths).
5. Take two normal breaths.
6. Start over again with number one.
7. Listen to Music
Across the ages, music has been used to soothe and relax. During the worst months of my depression, I blared the soundtrack of "The Phantom of the Opera." Pretending to be the phantom with a cape and a mask, I twirled around our living room, swinging my kids in my arms. I belted out every word of "The Music of the Night."
"Softly, deftly, music shall caress you, Feel it, hear it, secretly possess you...."
The gorgeous song--like all good music--could stroke that tender place within me that words couldn't get to.
Langganan:
Postingan (Atom)